Mengapa hidup sederhana itu menyenangkan
Bagaimana hidup sederhana berlimpah manfaat itu?
- Makanlah di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Meski kita mampu membeli lebih banyak makanan belum
tentu kita bisa memakan semuanya, lambung kita terbatas bukan? Akhirnya
makanannya dibuang dan jadi mubazir. Mubazir itu juga penghalang
masuknya rezeki lho. Kebanyakan makan juga bisa membuat tubuh
kita terkena penyakit, entah itu diabetes, hipertensi, asam urat,
kolesterol tinggi bahkan kanker usus. Allah memerintahkan kita untuk makan yang baik-baik dengan
cara yang baik pula.
- Belilah barang sesuai kebutuhan bukan berdasarkan
keinginan. meski kita mampu untuk
membelinya. Kebanyakan barang butuh waktu dan energi untuk mengurusinya
sehingga mengurangi waktu produktif dan waktu ibadah kita. Banyak barang
butuh energi dan uang ekstra untuk memeliharanya. Kutipan tentang belanja
ini mungkin bisa memberikan perspektif baru bagi kita.
- Perlakukan harta dan rezeki yang banyak itu sebagai
titipan. Jika kita dititipi barang
oleh orang lain sedapat mungkin kita akan menjaganya dengan baik dan
ikhlas atau rela saat pemiliknya meminta kembali. Begitu juga jika
pemiliknya menyuruh kita untuk membagi harta miliknya dengan orang lain,
pasti akan kita laksanakan karena itu amanah. Bagaimana kalau pemilik
barang itu Allah yang memerintahkan kita untuk sedekah, yang bisa saja
mengambil semuanya jika Dia mau? Jika kita memperlakukan harta sebagai
titipan maka tidak akan ada sedikitpun kesombongan dalam dada kita, Untuk
apa sombong pada barang yang bukan milik kita? Bahkan tubuh yang cantik,
semampai, ganteng senpurna ini juga cuma titipan. Suatu ketika tubuh yang
kita banggakan ini akan mati, hancur jadi makanan cacing di kuburan.
- Pergunakan harta dan rezeki yang banyak itu untuk
mendekatkan diri pada Allah.
Harta harusnya dimanfaatkan untuk kebaikan, untuk sedekah, untuk amal
jariyah, untuk membantu keluarga yang susah. Jangan sampai harta yang
banyak itu melenakan kita, mengambil waktu-waktu shalat berjamaah kita,
menjauhkan diri dari keluarga yang menjadi tanggung jawab dan harus kita
didik dengan baik, membuat kita sibuk mengejar keuntungan tanpa pernah
ingat banyak tangan menadah meminta belas kasihan kita. Harta yang besar =
pertanggung jawaban yang besar. Sanggupkah dan siapkah kita memikulnya?
Sudah siapkah kita menerima rezeki baik? Rezeki baik yang diwujudkan dalam bentuk kesederhanaan yang berlimpah manfaat? Orang yang paling beruntung bukanlah yang punya banyak harta tapi orang punya banyak manfaat bagi orang lain. Wallahu alam.
No comments:
Post a Comment